Kamis, 09 Februari 2012

Misteri Kematian Teman Sekelasku 8(END)

Seusai sekolah aku dan teman temanku berkumpul di rumah fero. kami mengerjakan tugas bersama dan juga makan siang bersama disana.
"shofie ada telpon nih dari kakak kamu" ujar kak bobby sambil meyodorkan handphone-nya padaku.
"halo kenapa kak?" tanyaku pada kak Lee.
"kamu tuh di telponin dari tadi kenapa ga diangkat angkat?" tanya kak Lee dengan nada sedikit khawatir.
"kayanya dari tadi ga ada yang telpon deh kak" jawabku dengan yakin.
"coba kamu cek dulu sana, pasti kamu ga denger deh"
aku langsung merogoh saku baju dan rok ku tapi handphone-ku tak ada. aku langsung beralih ke tas dan mulai mencari ponselku, ku keluarkan semua isi tasku dan mulai mencarinya lagi namun tetap tak ada.
"emm.. kak bentar ya handphone aku ga ada nih" ujarku sembari mengakhiri telpon kak Lee.
"ketemu fie?" tanya fero kepadaku.
"ga ada nih fer, hp gue mana ya? loe liat ga?"
"mana gue liat"
"nah loh ketinggalan kali fie disekolah" ujar kak bobby kepadaku.
"iya kali ya.. yaudah deh aku balik ke sekolah dulu mudah mudahan masih ada"
aku langsung berlari menuju sekolah tanpa menghiraukan teriakan kak bobby dan teman temanku. bagiku handphone itu sangat berharga karna itu hadiah dari kak Lee saat aku berulang tahun yang ke 16 ketika itu handphone-ku yang lama hilang saat di angkot. waktu itu aku nekat pulang sendiri naik angkot karna aku sedang marahan sama kak Lee dan karna hal itu juga orang orang dirumah khawatir mencariku karna handphone-ku tak bisa di hubungi karna aku meletakannya di dalam angkot dan mungkin tertinggal saat aku turun dari angkot itu.
Aku memasuki kelasku dan mulai meraba raba kolong mejaku dan alhamdulillah handphone-ku masih ada. kulihat ada beberapa panggilan tak terjawab yang tertera di layar ponselku. aku pun segera melangkahkan kakiku keluar kelas dan ku lihat hari sudah mulai agak gelap. aku buru buru berlari menyusuri koridor sekolah namun saat melewati lab biologi aku mendengar suara yang cukup keras seperti suara benda yang terjatuh.
BRUUKK!!
perlahan lahan aku membuka pintu lab kemudian aku melongok dan mulai masuk ke dalam, aku tidak melihat apa apa di dalam sangat gelap aku langsung meraba sakelar lampu dan menyalakannya. aku melihat beberapa kursi yang terjatuh aku pun mendekat dan merapihkan kursi kursi itu ke tempat semula setelah itu kembali beranjak pergi. namun saat aku melewati lemari yang berada didalam lab itu tiba tiba pintu salah satu lemari itu terbuka.
KREEKK..
aku pun mendekatinya saat ingin menutupnya mataku tertuju pada salah satu benda yang terletak paling depan di dalam lemari itu. benda itu mirip seperti sepasang tangan yang di letakan didalam toples. tangan itu seperti asli bagiku aku pun mulai memperhatikannya lebih seksama. ternyata memang benar asli aku langsung tertegun. hanya ada 1 orang yang memiliki kunci kunci lemari yang berada di dalam lab orang itu adalah pak derry.
"bagus ya.." ujar pak derry yang tiba tiba mengagetkanku.
aku langsung menoleh kesamping dan melihat pak derry yang sudah jongkok di sampingku. akupun mulai berdiri.
"bagi orang lain seni itu terletak pada sebuah benda ukir atau lukisan tapi bagi bapak seni itu terletak pada tangan seorang gadis, tangan yang tak terkotori oleh darah dan cacat sedikitpun itulah yang namanya seni" ujarnya sambil tersenyum jahat.
"ja jadi bapak yang membunuh dinda?" tanyaku setengah tak percaya.
"ya, aku yang membunuhnya sebelum aku menjatuhkannya dari jembatan aku memotong tangannya terlebih dahulu" ujarnya dengan wajah tak berdosa.
"kenapa bapak tega melakukan itu?!"
"karna aku suka melihat kembang api manusia"
"kembang api manusia?"
"ya, ketika tubuh seseorang menabrak sebuah kereta api yang sedang melintas akan terlihat keindahan disana, sebuah kembang api manusia yang sangat indah" ujarnya lagi dengan ekspresi yang sangat menakutkan bagiku.
"bapak gila!!"
"kamu pun juga bisa shofie tapi sebelum itu tanganmu harus di potong dahulu" ujarnya sambil mengambil sebilah pisau dari dalam laci.
aku langsung berlari keluar lab dengan wajah ketakutan, ku lihat pak derry mengejarku dari belakang sambil memanggil manggil namaku. aku seperti kehilangan arah aku berlari tak menentu, aku sangat panik dan ketakutan.
***

"loe yakin shofie kesekolah?" tanya Lee begitu khawatir.
"iya tadi dia langsung lari gitu setelah loe telpon kayanya sih ke sekolah" ujar bobby.
"kalo ke sekolah kok sampe sekarang belom balik? mana gue telpon ga diangkat angkat" ujar Lee semakin terlihat panik.
"coba aja kak kita cari kesana" ujar fero menyarankan.
"yaudah gue telpon yang lain juga deh buat bantuin kita, entar gue suruh mereka kesana aja" ujar bobby sambil mengeluarkan ponselnya.
setelah bobby menelpon teman temannya yang lain mereka bertiga langsung bergegas kesekolah untuk mencari shofie.
"loe tenang dong lee" ujar bobby yang melihat lee duduk dengan begitu tidak tenang.
"perasaan gue ga enak bob"
"udah kita berdoa aja semoga shofie ga kenapa napa"
***

sesampainya mereka bertiga di sekolah ternyata yang lain sudah lebih dulu sampai di sana.
"gimana kalian udah nemuin shofie?" tanya lee sembari menutup pintu mobilnya.
"gue sama anak anak udah nyari shofie ke seluruh pelosok sekolah tapi shofie ga ada" ujar Kiki yang mulai khawatir memikirkan shofie "terus gue nemuin ini  di depan pintu masuk sekolah" ujarnya lagi sambil menyerahkan ponsel milik shofie.
"ini pasti ada apa apanya nih lee" ujar Alwin panik.
"aduuh.. mending sekarang kita berpencar deh nyari shofie" usul widie.
"AAaaaaaaaaaaaaaaa" terdengar suara teriakan seseorang.
"itu suaranya Novi" ujar nadya panik.
Lee langsung berlari ke asal suara tersebut dan diikuti oleh yang lain dari belakang.

sesampainya lee di tempat kejadian lee melihat ada seorang pria misterius mengenakan jas hitam yang menutupi wajahnya sedang medekat ke arah Novi. lee langsung berlari dan menghajar pria itu sampai terjatuh.
"kamu gpp?"
"aku gpp, aku cuma kaget aja tiba tiba orang itu nyentuh punggung aku"
"heh!! loe siapa hah!!" sentak lee kepada pria misterius itu.
teman temannya yang baru tiba langsung menghampiri lee dan novi.
saat yang lain ingin menghajar pria tersebut, pria itu langsung berbicara.
"tunggu saya bukan orang jahat" ujarnya sambil melepaskan tudung jasnya.
"kalo loe bukan orang jahat trus loe siapa?" tanya budi yang sedikit meredam emosinya.
"saya koko dianova detektif" ujar pria itu sambil menyodorkan identitasnya. (horee koko muncul)
"eh bener.. dia detektif" ujar juwita yang memegang identitas pria itu.
"apa yang kamu lakukan disini?" tanya lee sedikit tenang.
"sebenarnya sudah beberapa hari ini saya mengintai sekolah ini karna saya mencurigai seseorang yang saya duga adalah seorang pembunuh yang sering membunuh para siswi sejak 2 tahun yang lalu dan saya mengira orang itu juga yang telah membunuh saudari Adinda Pertiwi teman sekolah kalian" ujar detektif koko menjelaskan.
"lalu siapa orang yang anda curigai?" tanya Kiki dengan wajah serius.
"orang ini.." sambil menyodorkan selebar foto "sejak 2 tahun yang lalu saya mencurigai dia tetapi saya tidak mempunyai banyak bukti untuk menahannya" ujar detektif koko.
Lee dan teman temannya terkejut melihat foto yang di tunjukan kepada mereka.
"ini sih pak derry" ujar Agoy
"gila gue ga nyangka ternyata selama ini dia psikopat" ujar Iras.
"kalo memang bener dia.. berarti kemungkinan shofie dalam bahaya. kita harus cepet cepet menemukan shofie" ujar Kiki kembali panik.
"kalau begitu sebaiknya kita berpencar untuk mencarinya" ujar detektif koko menyarankan.
mereka semuapun berpencar untuk mencari shofie.
***

Aku tak sanggup untuk lari lagi tapi kalau tidak lari pak derry pasti membunuhku. aku melihatnya berlari di belakang ku aku berlari melewati jembatan namun sialnya kakiku tersandung batu.
"aww.." pekikku kesakitan.
"kamu mau kemana shofie? disini tidak ada siapa siapa hanya ada kita berdua kamu sudah tidak bisa kemana mana lagi" ujar pak derry sambil menodongkan pisaunya kearahku.
aku sudah tak kuat untuk berdiri kakiku sakit. apa ini akhir dari kehidupanku? dibunuh oleh guru yang sangat ku kagumi selama ini. aku mulai meneteskan air mata tapi aku masih mencoba untuk bertahan. dengan sekuat tenaga aku menyeret tubuhku menghindari pak derry namun ia semakin dekat dan semakin dekat ke arahku.
"selamat tinggal shofie!!" teriaknya sambil mengayunkan pisaunya kearahku.
aku langsung memejamkan mataku. namun aku tak merasakan apa apa, lalu kubuka mataku dan melihat pak derry. ternyata pak derry sedang diserbu oleh beberapa pasang tangan yang terlihat tembus pandang. pak derry tampak kewalahan dan perlahan lahan tangan tangan itu mendorong tubuh pak derry hingga tubuhnya terjatuh dari atas jembatan dan saat itu ada sebuah kereta yang melintas dan menghantam tubuhnya dengan secepat kilat.
pak derrypun tewas menjadi kembang api manusia.
aku menggigil ketakutan, kurasakan butir butir air mata yang menetes dari pelupuk mataku.
"shofie!!" teriak kak lee dan kiki dari ujung jembatan menghampiriku.
aku langsung memeluk tubuh Kiki. kak novi langsung menjerit dan memeluk tubuh kak lee. mereka berdua shok melihat keadaan jasad pak derry yang sudah tercecer dimana mana. begitu juga dengan teman teman yang lain setibanya mereka ditempatku mereka juga langsung shok melihatnya. fero, nadya, lharaz, rahma, widie, juwita dan metta juga berteriak sama sepertiku dan kak novi dan mereka juga memeluk pasangan mereka masing masing.
selama beberapa saat kami semua terdiam.
aku mulai kehabisan tenaga dan tiba tiba kesadaranku menipis samar samar aku melihat dinda tersenyum ke arahku sambil meneteskan air mata.
***

Hari ini seisi sekolah gempar mendengar kabar pak derry yang semalam meninggal. mereka sangat kaget bahkan beberapa orang dari teman teman sekelasku tidak percaya bahwa pak derry adalah orang yang membunuh Dinda dan beberapa siswi dari sekolah lain. menurut kesaksian detektif koko, pak derry dulu adalah teman satu kampusnya dan selama beberapa tahun beliau kuliah disana banyak siswi yang tiba tiba meninggal. di duga siswi siswi itu meninggal karna bunuh diri namun karna merasa ada yang janggal detektif koko mulai menyelidiki kasus ini tepat 2 tahun yang lalu saat ada rekannya yang meninggal dengan cara yang sama.
dahulu saat pak derry masih berumur 8 tahun ia melihat ibunya tewas tertabrak kereta saat ingin menyebrang. pada saat itu ibunya ingin menghampiri beliau di pinggiran rel namun naas ia terpeleset di tengah rel tepat pada saat itu ada kereta yang melintas dan langsung menyambar tubuhnya. tubuh ibunya hancur berantakan dan saat itu tangannya terlempar tepat didepan mata pak derry. mungkin karna sebab itulah pak derry mengalami gangguan jiwa dan membuatnya jadi psikopat yang suka membunuh dan melempar tubuh korbannya ke tengah rel tapi sebelumnya ia memotong tangan gadis itu untuk jadi koleksinya. terbukti beberapa orang polisi menemukan beberapa pasang tangan yang di sembunyikan di dalam apartemen pak derry dan tangan yang ku temukan di lemari lab biologi kemungkinan itu tangan dinda yang belum sempat ia bawa ke apartemennya.
"terima kasih atas kerjasamanya" ujar detektif koko sambil menjabat tangan kami satu persatu "kasus ini akhirnya selesai" ujarnya sambil menghela nafas lega "kalau begitu saya permisi" pamitnya.
kami semua tersenyum padanya dan mengantarnya sampai ke depan gerbang. detektif koko pun menaiki mobilnya dan pergi dari hadapan kami.
"untung kamu gpp dek, kakak khawatir bgt kemarin apalagi pas detektif koko bilang pak derry seorang pembunuh kakak udah mikir macem macem takut kamu kenapa napa" ujar kak lee yang begitu bersyukur melihatku yang masih bernafas.
"kemarin aku sempet putus asa aku berpikir aku akan mati ditangan pak derry" ujarku miris.
"tapi untungnya kamu gpp Fie" ujar Kiki yang langsung memelukku.
aku dan teman temanku bersyukur karna kami tidak sempat menjadi korbannya pak derry.

Beberapa hari kemudian..
Sejak saat itu dinda tak pernah menghantui kami lagi. kami menyimpulkan bahwa dinda saat itu hanya ingin meminta tolong pada kami dan juga memperingati kami tentang pak derry. huruf D yang terukir di fotonya kiki ternyata itu artinya DERRY dinda hanya ingin memberitahu bahwa kami sedang dalam bahaya karna itu ia menghantui kami agar kami tak lupa olehnya dan mencari tahu tentang kematiannya. setelah aku pikir pikir semuanya masuk akal sekarang.
jepit rambut yang di temukan kak Rahma di lab mungkin itu memang punya dinda dan letak jatuhnya mungkin sama saat ia sedang terbunuh malam itu, lalu keran yang tiba tiba mengeluarkan darah itu menandakan bahwa tangan dinda di potong diwastafle ruangan dalam lab biologi. agoy mengatakan bahwa pada saat ia ke kamar mandi di rumahku ia bertemu dengan dinda yang tiba tiba mendekatinya dan membisikan 'lharaz' di telinganya mungkin dinda ingin memberitahu bahwa lharaz sedang dalam bahaya. kami sangat berhutang budi pada dinda karna ia masih sempat menghawatirkan kami yang jelas jelas sudah jahat kepadanya.
kami pun berziarah ke makan dinda dan juga berdoa untuknya, disana juga ada ibunya setelah mengetahui tentang pak derry ibunya sudah mulai sedikit lega karna pembunuh anaknya sudah mati dan lagi dugaan dinda mati bunuh diri di patahkan dengan terbongkarnya kasus pak derry.
Kamipun berpamitan dengan ibunya dinda dan pulang ke rumah masing masing. tapi rencananya aku dan kak lee ingin membuat surprise untuk kepulangan mama dan papa dari amerika. kami ingin mengadakan makan malam dirumah tentu saja bersama pasangan kami masing masing. kami berempat pulang bersama sama, kak lee dan kiki duduk di kursi depan sementara aku dan kak novi duduk di kursi belakang. Namun ada 1 hal yang mengganjal batinku, semenjak kejadian di jembatan malam itu aku jadi bisa melihat sesuatu yang tidak bisa di lihat orang lain. seperti sekarang ini ketika kami berhenti tepat di depan jembatan itu aku melihat beberapa sosok wanita dengan tubuh tak karuan bahkan diantara mereka ada yang kehilangan anggota tubuhnya. mereka semua menatapku penuh arti seakan akan ingin memberitahu sesuatu. mereka semakin mendekat dan mendekat, ku rasakan diriku mulai ketakutan. saat mereka sudah sampai di depan kaca mobilku mereka tertawa meyeringai.
"AAAaaaaaaaaaaaa"
siapapun tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini!!



Misteri pun berakhir..
The End ^^

Misteri Kematian Teman Sekelasku 7

Lharaz tampak sangat gelisah, sesekali ia menoleh ke kanan dan kekiri namun jalanan nampak sangat sepi. ia pun memutuskan untuk mencari taksi di tempat lain. ketika ia menoleh kebelakang ia melihat ada seseorang yang sedang membuntutinya tanpa pikir panjang lagi lharaz langsung berlari dan orang itu juga berlari mengejarnya. lharaz mulai ketakutan nafasnya mulai tersenggal senggal, saat memasuki lorong ia bersembunyi dan mulai mengatur nafasnya.
Orang misterius itu mulai tak terdengar lagi langkah kakinya, lharaz langsung melangkah keluar secara tiba tiba ada seseorang yg menyentuh punggungnya dan membuatnya terkejut.
"pak derry?" ujarnya dengan nada tidak yakin.
"kamu sedang apa disini? ini kan sudah larut malam"
"anu pak.. tadi ada orang aneh yang mengikuti saya" ujar lharaz dengan nafas tak beraturan.
pak derrypun mengintip dan beliau tidak melihat siapa siapa di jalan.
"yasudah kamu ikut bapak saja dulu takutnya orang itu masih berkeliaran di sekitar sini" ajaknya.
lharaz hanya mengangguk dan menuruti pak derry.
***

"ayo silahkan masuk" ujar pak derry ramah.
lharaz memasuki apartemen pak derry dengan malu malu.
"kamu duduk saja dulu saya mau ke kamar" ujarnya sambil berjalan memasuki kamar.
"wah gila mimpi apa gue semalem bisa masuk ke apartemennya pak derry" ujarnya dalam hati.
lharaz segera duduk di sofa dan mulai menenangkan dirinya yang sempat panik karna kejadian barusan, ketika ia menoleh ke belakang ia melihat jembatan tempat dinda bunuh diri tempo hari.
"kalo diliat dari sini jelas bgt ya" gumamnya pelan.
"ini silahkan di minum" ujar pak derry secara tiba tiba mengagetkan lharaz.
"i iya makasih pak jadi ngerepotin"
"memangnya tadi kamu habis dari mana?" tanya pak derry sembari duduk di sofa berhadapan dengan lharaz.
"habis dari rumahnya shofie pak.. tadi aku sama temen temen habis pulang sekolah ngejenguk dia di rumahnya" ujarnya sambil meneguk minuman yang di berikan pak derry.
"terus keadaannya sekarang bagaimana?"
"sudah agak membaik pak, mungkin besok dia sudah masuk lagi seperti biasa"
"oh syukur lah kalau begitu. oiya lharaz bapak tinggal ke dalam dulu ya sebentar" ujarnya sembari meninggalkan lharaz di ruang tamu sendirian.
***

"loe kenapa sih goy dari tadi diem aja? loe sakit?" tanya kak Lee sembari meletakan ponselnya.
"gue gpp kok sob. gue balik duluan ya.." ujarnya sembari meninggalkan kami.
"si agoy aneh bgt sih" ucap Iras.
"mungkin dia lagi ada urusan kali" tebak Alwin.
kami melanjutkan perbincangan tanpa agoy namun di tengah obrolan tiba tiba lampu rumahku mati.
"AAaaaaaaaaaaaaa" teriak anak perempuan bersamaan.
semua sibuk berteriak dan mencari pasangan masing masing.
"shofie.. kamu dimana?" tanya kak Lee dalam kegelapan.
"aku disini kak.. nih tangan siapa nih?" ujarku sambil meraba raba tangan yang ku sentuh "Kiki ya?" tebakku.
"bukan, aku ga ngerasa ada yang megang tangan aku" ujarnya.
aku terus meraba orang yang di sampingku namun tubuhnya dingin sekali seperti es.
"eh serius nih ini siapa?" tanyaku lagi.
namun tidak juga ada yang menjawab. aku meraih ponselku dan mulai menyinari tubuh orang yang ku sentuh itu. tetapi saat ku sinari dengan cahaya ponselku warna kulit orang itu pucat dan rambutnya berantakan. aku mulai merasakan feeling yang tidak enak ketika mendekati wajah tiba tiba lampu menyala kembali dan saat ku lihat ke samping orang itu sudah tidak ada. ku lihat kakak dan teman temanku berada di hadapanku. sepertinya tidak mungkin mereka yang di sampingku, lalu kalau bukan mereka siapa?
***

sudah 20 menit berlalu namun pak derry tak kunjung keluar dari dalam ruangan yang berada di apartemennya. lharaz mulai gelisah sesekali ia merinding dan merasa ada seseorang yang berdiri di belakangnya tetapi ia tak berani menoleh. bulu kuduknya semakin merinding dan ia mulai merasa menggigil karna dingin. saat lharaz sudah mulai ketakutan tiba tiba handphone-nya berdering dan seketika membuatnya sedikit agak tenang. ia pun meraih ponselnya dan membaca tulisan yang tertera di layar 'my beib' lharaz langsung buru buru mengangkatnya.
"haloo beb.." sapanya antusias.
"haloo kamu ada dimana? udah sampe?" tanya agoy dari ujung telpon.
"aku lagi di rumahnya pak derry nih.. aku takut beb tadi ada orang aneh yang ngikutin aku untung ada pak derry trus beliau ngajak aku kesini deh" ujar lharaz panjang lebar.
"yaudah aku kesana sekarang"
"emang kamu tau tempatnya dimana?"
"aku tau kok aku kan pernah belajar private di rumah pak derry sama temen temen"
"oh ok aku tunggu ya.. jangan lama lama" ujar lharaz sambil mematikan ponselnya.
KREEEEKKK...
terdengar suara pintu terbuka, lharaz langsung menoleh ke asal suara tersebut. namun tak ada seorangpun yang keluar dari sana. lharaz mulai memanggil pak derry tetapi tak ada sahutan.
beberapa menit kemudian.. tak sampai 10 menit agoy datang.
"kok cepet?" tanya lharaz dari depan pintu apartemen pak derry.
"hehe.. ngebut sedikit" ujar agoy cengengesan "pak derry mana?" tanya agoy sambil celingukan.
"ga tau tuh dari tadi ga keliatan" ujar lharaz sambil menggelengkan kepalanya.
"eh ada agoy.." ujar pak derry yang baru keluar dari ruangan apartemennya.
"selamat malam pak.. maaf mengganggu saya mau menjemput lharaz" ujar agoy menyalami tangan pak derry.
"oh iya silahkan.. hati hati ya di jalan, nah lharaz lain kali kalau hari sudah larut kamu jangan pulang sendirian lagi ya"
"i iya pak, kami permisi"
agoy dan lharaz pamit setelah itu pak derry kembali masuk ke dalam ruangannya.
***

Hari ini tak seperti biasanya aku bangun pagi pagi dengan penuh semangat. setelah aku menyiapkan semua keperluan sekolahku aku langsung bergegas ke kamar kak Lee untuk membangunkannya.
"kakak.. ayo bangun kak udah pagi" ujarku sambil menggoyangkan tubuh kak Lee.
"emmh.. hoaaamm.. udah pagi ya?" tanya kak Lee dengan wajah yang masih mengantuk "kamu tumben udah bangun Fie? biasanya kan kakak yang bangunin kamu" ujarnya lagi sembari bangkit dari tempat tidurnya.
"aku lagi pengen bangun pagi, hehe.. yaudah kakak mandi gih sana entar aku yang nyiapin sarapan pokoknya hari ini spesial" ujarku bersemangat.
"oke.. kakak mandi dulu ya"
kak Lee langsung berjalan mengambil handuknya dan memasuki kamar mandi.
***

"pagi sayang.. kangen aku ga ketemu kamu di sekolah seharian" sapa Kiki sambil memeluk tubuhku dari belakang.
"iih kamu.. malu tau di liatin sama yang lain" ujarku malu malu sambil melepaskan tangan Kiki dari tubuhku.
"yah.. loe berdua bikin gue iri ah" ujar kak Lee.
"hahaha.. makanya ajakin si Novi balikan sana" ujar Kiki sambil tertawa.
kami pun memasuki sekolah bersama sama, ketika sampai di tengah koridor kami bertiga berpisah dan memasuki kelas kami masing masing.
"jiah.. nih anak akhirnya masuk juga, gue pikir hari ini loe ga masuk lagi Fie" ujar fero yang langsung menghampiriku.
"bosen gue di rumah sendirian mending gue masuk sekolah ketemu kalian semua" ujarku sembari berbaur dengan teman temanku yang lain.
"emang loe udah sembuh bener Fie?" tanya widie yang sedang asyik memainkan ponselnya.
"udah kok" jawabku meyakinkan.
tak berapa lama bel masuk berbunyi.
KRIIIINNGGG...

"pagi anak anak" sapa Pak Derry hangat.
"pagi Pak" sapa anak anak bersamaan.
Pak Derry segera memulai pelajarannya namun ada yang tidak beres dengan pengelihatanku. aku melihat dinda berada di samping Pak Derry sambil memandangi beliau dengan penuh amarah. aku hanya diam membisu, ketika dinda menoleh ke arahku aku langsung segera memalingkan wajahku kesamping.
"ada apa shofie? apa ada masalah?" tanya pak derry kepadaku.
teman teman sekelasku langsung menoleh dan menatapku.
"hemm.. ga ada apa apa kok pak"
"baiklah, akan saya lanjutkan" ujar pak derry kembali menjelaskan materi pembelajaran kami.


Bersambung..

Misteri Kematian Teman Sekelasku 6

"Novii..." teriak Lee dari ujung koridor.
Novi langsung menengok ke belakang.
"eh Lee.. ada apa?" tanya Novi saat Lee menghampirinya.
"kamu kok belum pulang?" tanya Lee sambil sedikit terengah-engah.
"aku abis dari perpus tadi, oiya aku denger Shofie sakit ya?"
"iya nih aku sama yang lain mau ke rumah. mereka bilang mau ngejenguk Shofie"
"aku boleh ikut ga?"
"boleh bgt. yuk"
Lee dan Novi menghampiri yang lain di ujung tangga.
"weeh.. ada Novi" ujar Agoy.
"kayanya ada yang mau balikan nih" Ledek Iras.
"apaan sih loe Ras" ujar Lee memukul pundak Iras "loe doain aja ya" ujarnya lagi setengah berbisik.
"yee bilang aja loe mau, pake mukul segala lagi" gerutu Iras.

"hai.. sorry lama tadi gue abis dari ruangan mading nyiapin materi buat besok" ujar Lharaz sambil menghampiri yang lain bersama Rahmadhani dan Nadya.
"maaf ya lama" ujar Nadya meminta maaf.
"udah gpp kok kita juga baru selesai dari lab" ujar Bobby yang di sertai anggukan Agoy dan Iras.
"yaudah yuk kita jenguk si Shofie" ujar Rahma mengajak teman temannya.
***

"aduuh.. bersihinnya yang bener donk" ujar Juwita marah marah.
"iya maaf.. lagian kan kita ga biasa ngerjain beginian" ujar hendra sembari menggerutu.
"udah udah jangan ribut, gimana mau cepet selesai kalo begini" ujar metta menengahi.
"yang di sebelah sini udah nih.." ujar nicky "apa lagi yang bisa aku bantu?" tanyanya "udah ga ada kan? yaudah aku balik ya" ujarnya sambil bergegas keluar ruangan.
"eitzzz enak aja.. kamu yang nanya kok kamu sendiri yang jawab sih" ujar metta sambil menarik baju nicky.
"iya iya sayang..." gerutu nicky sambil memonyongkan bibirnya.
hendra dan juwita langsung tertawa melihatnya.
***

Aku dan Kiki yang sedang mengobrol di ruang tamu tiba tiba mendengar suara kendaraan yang terparkir di halaman rumahku. saat kami hampiri ternyata itu Budi, Widie dan fero.
"wah.. kalian kok kesini ga bilang bilang dulu sih?" tanyaku sambil memeluk kedua sahabatku fero dan widie.
"kan biar surprise Fie" jawab widie sambil tersenyum.
"yang lain mana?" tanya Kiki.
"nanti mereka nyusul kok" jawab fero.
"iya soalnya kan mereka tadi ada praktek di sekolah paling bentar lagi sampe" sambung budi.
"yaudah masuk yuk" ajakku kepada ketiga temanku yang baru sampai.
Kami pun mengobrol di ruang tamu. beberapa menit kemudian kak Lee pulang bersama teman teman yang lain.
"Shofie.. cepet sembuh yaa" ujar kak Novi sambil memelukku.
"iya kak ini juga udah baikan kok"
"kantin sepi Fie ga ada loe" ujar Nadya.
"iya gue sama Lharaz juga ga ada yang bantuin di mading" sambung kak Rahmadhani sambil melirik ke arah kak lharaz.
aku sangat senang melihat teman temanku datang dan memberiku perhatian. Kak Iras, Agoy, Alwin, Bobby menyapaku sambil tersenyum sedangkan kak Lee seperti biasa dia hanya mengacak rambutku tapi sambil tersenyum.
kami semua berkumpul di ruang tamu, rasanya penatku di rumah seharian terobati dengan kehadiran mereka. kak Lee dan teman temannya mulai membuat kami tertawa terpingkal pingkal.
"udah ahh perut gue sakit nih ketawa mulu" ujar fero sembari memegangi perutnya.
"kalo kita udah ngumpul begini pasti ada aja deh yang bikin ketawa" sambung widie.
"iya tapi kurang lengkap ya tanpa juwita, metta, hendra dan nicky" ujarku.
"oiya mereka entar kesini kan?" tanya fero yang baru menyadari tentang mereka.
"ga tau tuh sayang.. tadi sih mereka kayanya lagi sibuk ngebersihin lab" ujar Alwin sembari mengatur napasnya.
"haha kasian ya hendra sama nicky di suruh bantuin ngebersihin lab" ujar Agoy sambil ketawa cekikikan.
"oiya btw kalian berdua udah balikan nih?" tanya budi sambil melihat ke arah kak Novi dan kak Lee.
"ahh enggak kok belom" ujar kak Novi salting.
"sebenernya kalian putus gara gara apa sih?" tanyaku penasaran.
kak Novi dan kak Lee hanya saling pandang kemudian kak Novi mulai berbicara.
"sebenernya kita putus karna kesalahan kakak Fie" ujarnya sambil menunduk.
"loh emangnya kakak salah apa?" tanyaku semakin penasaran.
"waktu itu kakak cemburu ngeliat kak Lee berduaan sama dinda trus ngobrolnya kaya yang akrab gitu" ujarnya sambil melirik ke arah kak Lee.
"aku sama dinda ga ada hubungan apa apa, kan aku udah pernah ngejelasin itu sama kamu. aku cuma nolongin dia aja soalnya waktu itu dia di kerjain sama anak anak 1 sekolahan dan aku ga tega ngeliatnya. karna aku ngebayanginnya seandainya Shofie yang berada di posisi itu pasti aku akan marah bgt apa lagi ga ada 1 orang pun yg mau perduli sama tangisan dia waktu itu" ujar kak Lee menjelaskan.
aku langsung menatap kak Lee dengan perasaan bangga, aku tak menyangka kak Lee begitu menyayangiku dan mau perduli sama dinda.
"iya aku minta maaf waktu itu aku juga udah jahat sama dia dan aku menyesal" ujar kak Novi dengan mata berkaca kaca.
"udah kak.. itu kan masa lalu dan lagi cuma salah paham, aku tau kok kalian masih saling mencintai" ujarku sambil menyentuh tangan kak Novi.
kak Novi hanya diam begitu juga dengan kak Lee.
"tapi menurut gue dinda itu suka sama kak Lee" ujar fero secara tiba tiba.
kami semua langsung melirik kearahnya.
"kok kamu bisa ngomong kaya gitu? tau dari mana?" tanya kak bobby.
"waktu itu aku pernah liat dinda lagi merhatiin kak Lee sambil senyum senyum gitu, trus pas aku kagetin dia langsung salting gitu deh"
Alwin langsung teringat dengan perempuan yg dia lihat di lab saat Lee dan Agoy pergi ketoilet.
"emm.. sorry mungkin ini aneh tapi tadi di lab gue ngeliat ada sosok cewek yg ngikutin loe dari belakang Lee" ujar Alwin.
"loe serius? ga salah liat loe win?" tanya kak Lee meragukan cerita Alwin.
"serius.. dan bukan cuma gue aja tapi hendra malah sering ngeliat arwahnya dinda nempel di samping loe" ujar Alwin lagi yang di sertai dengan rasa merinding di tubuh kami.
"ehemm guys.. kayanya obrolan kita udah ga enak deh" ujar Iras yang mulai sedikit ketakutan.
Kak Lee dan yang lain mulai mencairkan suasana yang sempat tegang dengan membicarakan hal lain dan membuat kami tertawa kembali. saat aku berpaling ke ruangan dalam rumahku aku melihat ada bayangan sekelebat yang langsung menghilang ke arah kamar kakakku. tapi aku tak menghiraukan hal itu, mungkin aku hanya salah lihat.
***

"udah nih.. huaaaah akhirnya selesai juga" ujar hendra sembari meregangkan otot tubuhnya.
"sumpah ga mau lagi deh gue begini, capek gila" gerutu nicky sambil meletakkan kain pel dari tangannya.
"makasih ya udah ngebantuin.. kalo ga ada kalian pasti sampe sekarang kita belom selesai deh" ucap juwita.
"iya sayang tapi lain kali jangan pake maksa gitu napa" ujar hendra manja.
"gue mau cuci tangan dulu ahh.. di dalem ada wastafle kan?" tanya nicky.
"ada kok.. tapi lampunya agak gelap gitu yank" ujar metta.
"gpp deh yang penting ga bener bener gelap" ujar nicky sambil berjalan ke ruangan dalam lab biologi.
"gue ikut nic.. bentar ya sayang.." ujar hendra kepada juwita.
hendra dan nicky masuk ke dalam ruangan yang terletak di pojok lab biologi sementara juwita dan metta membereskan alat alat kebersihan yang tadi mereka bawa dan meletakannya di sudut ruangan.
"kok tiba tiba disini dingin ya wi?" tanya metta sambil memegangi tengkuknya.
"iya.. mungkin AC nya kali" jawab juwita asal.
tetapi saat mereka melirik ke arah AC yang berada di ruangan itu ternyata mati.
"hemm.. AC nya mati kok tapi kok dingin ya.. mana merinding pula" ujar juwita.
"kita nyamperin hendra sama nicky aja yuk" ajak metta yang di sertai dengan anggukan setuju juwita.

"kalian mau cuci tangan juga? itu yang di depan udah di beresin?" tanya hendra sambil mencuci tangannya di wastafle.
"emm udah kok" jawab juwita.
"nih.. aku udah selesai" ujar hendra sambil bergeser ke samping.
"loh kok airnya mati?" tanya juwita heran.
nicky langsung mengecek keran wastafle itu.
"iya nih mati.. mungkin mampet kali ya" tebak nicky.
"kita balik aja yuk perasaan gue ga enak nih" ujar metta gelisah.
hendra, juwita dan nickypun menuruti metta dan langung bergegas keluar lab. tapi baru beberapa langkah mereka berjalan tiba tiba keran itu mengeluarkan air padahal tadi saat di periksa oleh nicky keran itu macet tak bisa mengeluarkan air.
"kok tiba tiba kerannya nyala ya?" tanya nicky dengan wajah tak karuan.
"udah yuk ah kita keluar aja dari sini" ujar hendra.
tetapi saat mereka ingin berjalan tiba tiba kaki mereka terasa berat.
"ayo.. kok malah diem disitu sih?" tanya metta heran.
hendra dan nicky hanya saling pandang.
"sayang aku boleh minta tolong?" pinta nicky dengan wajah pucat.
"minta tolong apa?" tanya metta kebingungan.
"tolong liatin dong di kaki kita ada apaan" ujar nicky sambil menelan liurnya.
kaki?" ujar metta dan juwita bersamaan.
metta dan juwita langsung melihat ke arah kaki pasangannya. betapa terkejutnya mereka ketika melihat ada sepotong tangan yang tembus ke lantai sedang mencengkeram kaki pasangan mereka dengan sangat kuat. mereka langsung berteriak dan berusaha menarik hendra dan nicky ke luar lab.
***

"udah jam segini nih gue balik dulu ya" ujar Lharaz sembari bangkit dari sofa.
"aku anterin ya" ujar Agoy.
"ga usah.. aku pulang sendiri aja lagian kan kamu nanti baliknya bareng sama Iras dan Rahma"
"emm yaudah deh kamu hati hati ya sayang" ujar Agoy sambil mencium kening lharaz.
"ciee..." ujar yang lain bersamaan.
kami pun melanjutkan perbincangan kami.
"gue numpang ke kamar mandi dong Lee" ujar Agoy sembari bangkit dari sofa.
"yaudah tuh kamar mandinya ada di ruang tengah di sebelah kiri" ujar kak Lee.
Agoy langsung berlari kedalam dan memasuki toilet yang terletak di ruang tengah rumahku.
"kok gue merinding ya?" gumam Agoy dalam hati sambil mengelus tengkuknya.
ketika Agoy bercermin dia melihat bayangan dari balik tirai bathtub yang tertutup. namun saat ia menghampiri dan membuka tirai tersebut tak ada siapa siapa. Agoy kembali bernapas lega ketika dia berbalik ada sesosok perempuan yang mirip dengan dinda teman sekelasku berdiri di depannya sambil tersenyum. Agoy hanya diam mematung, perlahan lahan dinda mendekat ke arah Agoy. Agoy sama sekali tak berkutik pandangannya tetap tertuju kedepan. tak berapa lama dinda kemudian menghilang.


Bersambung...

Misteri Kematian Teman Sekelasku 5

Metta yang sedang tertidur dengan lelap di kamarnya merasa terganggu dengan suara radio yang tiba tiba menyala di kamarnya.

Tiba saat mengerti jerit suara hati
Yang letih meski mencoba
Melabuhkan rasa yang ada
Mohon tinggal sejenak
Lupakanlah waktu
Temani air mataku
Teteskan lara merajut asa
Menjalin mimpi
Endapkan sepi sepi

Mettapun terbangun dari tidurnya.
"siapa sih nih yang nyalain radio, kurang kerjaan bgt" ujarnya kesal sembari bangkit dari tempat tidurnya.
dengan jengkel Metta mematikan radio-nya dan mencabut kabel dari stop kontak. kemudian ia melanjutkan tidurnya, namun baru saja ia merebahkan tubuhnya tiba tiba radio itu kembali menyala dan memutarkan lagu yang sama. dengan perasaan takut ia menoleh ke arah radio dan melihat kabel yang tadi ia cabut sudah terpasang kembali. dengan wajah yang tak karuan ia memutuskan untuk keluar kamar menemui pacar dan kakaknya yang masih asyik mengobrol di ruang tamu. ketika Metta mau melangkahkan kakinya keluar radio itu mati lalu beberapa saat kemudian menyala lagi, tapi kali ini bukan lagu yang terdengar dari radio itu melainkan suara tangisan seorang perempuan. dengan sekuat tenaga Metta berlari keluar dan berteriak.
"AAaaaaaaa"
"loe kenapa ta?" tanya budi yang sedang mengobrol dengan nicky di ruang tamu.
"gue takut kak.. radio di kamar gue tau tau nyala sendiri" ujarnya ketakutan.
"mungkin kamu masang alarm kali lewat radio makanya nyala sendiri" ujar nicky menyimpulkan.
"ga nic.. tadi kabelnya tuh udah gue cabut masa tiba tiba nyala lagi trus ada suara orang nangisnya lagi"
"yaudah gini mending kita liat sama sama kedalem" ujar budi memberi saran.
"ga gue ga mau masuk ke dalem lagi" ujar Metta.
"loe ga usah takut kan ada gue sama nicky" ujar budi menenangkan.
"iya bener ta mending kita cek sama sama" ujar nicky sambil menarik tangan metta.
mereka bertiga masuk ke dalam kamar metta dan memastikan apa yang dikatakan metta barusan. tetapi sesampainya mereka disana mereka tak melihat keanehan yang dikatakan metta. radio yang berada di dalam kamar metta tampak biasa saja.
"mana ga ada apa apa" ujar budi sambil mendekati radio itu.
"sumpah kak tadi gue denger dan liat dengan mata kepala gue sendiri kalo radio itu tadi nyala" ujar metta seyakin-yakinnya.
"yaudahlah udah ga ada apa apa kan, kamu tidur lagi gih sana" ujar nicky.
"tapi temenin" ujar metta manja.
"ya ampun pacarku manja bgt sih" ujar nicky tersenyum sambil membelai rambut metta.
"gue ga ikut ikutan ah.. mending gue ke rumah widie nemenin dia tidur" ujar budi sambil tersenyum jahil.
"yang ada kepala loe di hantam pake panci sama bokapnya" ujar Metta.
nicky hanya tertawa melihat tingkah metta dan budi.
***

Semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. aku takut.. sangat takut, aku terus terbayang bayang mimpi buruk itu. aku baru bisa terlelap ketika hari menjelang subuh.
"kakak" ujarku sambil bangkit dari tidurku.
"eh.. kakak ngebangunin kamu ya?" 
"ga kok.."
"kakak berangkat ke sekolah dulu ya Fie hari ini kakak ada praktek jadi kemungkinan pulangnya sore. kamu gpp kan sendirian di rumah?"
"gpp kok" ucapku sambil tersenyum.
"yaudah kamu hati hati ya di rumah kalo ada apa apa kamu telpon kakak aja" ujarnya sambil mengusap kepalaku.
***

"loh Lee kok loe berangkat sendirian? Shofie mana?" tanya Kiki ketika Lee baru sampai di sekolah.
"Shofie sakit Ki" jawab Lee sembari menutup pintu mobilnya.
"Shofie sakit apa?" tanya Hendra.
"iya sakit apa Lee? perasaan kemarin dia baik baik aja" sambung Kiki.
"kecapen kayanya, trus semalem dia mimpi buruk gitu sampe badannya demam" ujar Lee menceritakan kejadian semalam.
"mimpi apaan?" tanya Kiki penasaran.
"ga tau gue, waktu di tanya dia malah nangis ketakutan gitu. oiya sehabis pulang sekolah loe bisa ga nemenin dia di rumah? soalnya gue khawatir takut dia kenapa-napa" pinta Lee dengan wajah memohon.
"pasti. Shofie kan cewek gue" ujar Kiki sambil tersenyum.
"oke thanks ya"
***

Iras, Agoy, Lee, Alwin, dan Bobby yang saat ini sedang menjalani praktek biologi untuk menambah nilai di raport tampak sangat serius memperhatikan Pak Derry berbicara. setelah Pak Derry selesai menjelaskan kemudian ia menyuruh anak anak untuk memulai prakteknya.
"aduuh gue geli nih" ujar Iras sambil memperhatikan beberapa ekor katak yang di jadikan eksperimen di depannya.
"ah loe Ras gede badan doang, sama kodok aja geli" cerocos Lee.
"eh lele.. kalo sama kodoknya sih gue ga geli tapi ngebedah isi perutnya itu yang bikin gue geli" ujar Iras.
"yaudah gini.. gue yang ngebedah loe yang nyatet ya Ras" ujar Alwin meluruskan.
"nah kalo itu gue setuju" ujar Iras senang.
"lagian kenapa prakteknya musti ngebedah kodok sih?" tanya Agoy.
"iya ya.. kan kasian kodoknya" ujar Bobby memperlihatkan ekspresi wajah sedihnya.
"yah ini lagi.. tampang roker hati melayu" ujar Lee yang langsung segera diamuk oleh Bobby.
dengan serius mereka mulai menjalankan prakteknya. suasana di lab tampak sangat tenang dan sepi semuanya sibuk mengerjakan tugasnya masing masing.
"eh guys gue pengen ke toilet dulu nih" ujar Lee sembari berjalan ke depan pintu.
"gue juga ikut Lee.. gue mau cuci tangan nih" ujar Agoy yang langsung menyusul Lee dari belakang.
Iras, Bobby dan Alwin melanjutkan tugas mereka. namun saat Alwin menolehkan pandangannya ke arah kedua temannya Agoy dan Lee, yang sedang berjalan ke luar ia melihat ada sesosok perempuan mengikuti Lee dari belakang.
"loe kenapa win?" tanya bobby membuyarkan pandangannya.
"ah ga kok.. ga ada apa apa bob" jawabnya dengan wajah tegang.
***

TING..TONG..
Kudengar seseorang membunyikan bel di luar. dengan susah payah aku bangun dari tempat tidur kak Lee, dengan tubuh masih terasa berat aku berjalan ke luar untuk membukakan pintu.
"haii.." sapa Kiki.
"haii.. kok kamu kesini?" tanyaku pada Kiki.
"tadi Lee nyuruh aku buat nemenin kamu soalnya dia khawatir sama kamu" jawabnya sembari menuntunku berjalan ke sofa yang terletak di ruang tamu.
"aku gpp kok.. cuma butuh banyak istirahat aja" ujarku sambil tersenyum.
"trus sekarang keadaan kamu gimana?" tanya Kiki.
"udah jauh lebih baik dari semalem" jawabku.
tiba tiba aku kembali teringat pada mimpiku yang semalam. aku penasaran apa maksud mimpiku semalam kenapa Dinda mencari tangannya? apa iya bahwa tangannya belum di temukan pada saat proses pemakamannya?
"kamu kenapa sayang?" tanya Kiki membuyarkan lamunanku.
"semalem aku mimpi aneh dan menyeramkan" jawabku sembari memandangi Kiki.
"mimpi apa?" tanyanya "kamu cerita dong sama aku"
"semalem aku mimpi ketemu Dinda, terus dia bilang tangannya ga ada"
Kiki terlihat shok dengan pernyataanku barusan.
"what? tangannya ga ada?" tanyanya kaget.
aku hanya mengangguk.
"terus apa hubungannya sama kamu?"
"aku juga ga tau tapi kayanya dia minta tolong deh sama aku buat nyariin tangannya"
Ku lihat ekspresi Kiki mulai tidak karuan.
"kamu ada ada aja, lagian emang kamu tau tangannya dimana?" tanyanya sambil mengerutkan dahinya.
"aku ga tau.. tapi justru itu aku pengen cari tau. kamu mau kan bantuin aku?"
"iya pasti, buat kamu apa sih yang enggak" ucapnya sambil tersenyum sangat manis "emang kamu mau aku bantu apa?"
"emm.. anterin aku ke rumahnya Dinda"
"mau ngapain kesana?"
"aku mau nemuin Ibunya"
"yaudah aku temenin"
Aku langsung beranjak ke kamarku untuk ganti baju. setelah itu kami berdua bergegas pergi ke rumah Dinda, entahlah aku merasa ingin pergi kesana dan menemui Ibunya. tapi saat aku baru setengah jalan menuju rumahnya aku melihat Ibunya Dinda sedang duduk termenung di taman. akupun memberitahu Kiki dan menyuruhnya untuk menghampiri beliau di taman.
"assalamu'alaikum tante" ujarku kepada Ibunya Dinda.
"wa'alaikum salam.. eh Shofie" ujarnya ramah.
aku dan Kiki langsung menyalami tangan beliau.
"tante lagi ngapain disini?" tanyaku sembari duduk di samping beliau.
"tante masih kepikiran Dinda Fie, tante masih ga habis pikir kenapa dia bisa meninggal"
"loh bukannya Dinda meninggal karna bunuh diri ya tante?" tanya Kiki.
"kalau menurut polisi sih begitu Ki tapi tante ngerasa ragu aja, soalnya sebelum kejadian itu Dinda sempat pamit sama tante untuk mengambil bukunya yang ketinggalan di sekolah dan dari wajahnya seperti tidak ada tanda tanda orang mau bunuh diri" ujar beliau menceritakan "apa menurut kalian dugaan itu masuk akal?" tanya beliau.
"emm.. ga sih tante" jawaku dan Kiki bersamaan.
"aku juga meragukan hal itu, aku merasa prestasi Dinda di sekolah bagus dan sehari hari ia tampak baik baik aja" ujarku menambahkan.
"karna itu tante kepikiran terus dengan Dinda, setiap malam tante merasa dia masih ada di sekitar tante bahkan tak jarang tante mendengar suara tangisannya. sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu"
Aku dan Kiki tertegun mendengar ucapan beliau barusan. aku kembali teringat dengan Dinda sewaktu disekolah, ia tampak selalu bersemangat jika sedang belajar. namun di sekolah ia selalu jadi bahan olok-olokan murid murid satu sekolahan. semua orang mengira dia aneh karna dia begitu pendiam dan dia juga sangat suka membaca buku sains yang menurut mereka tidak keren dan merupakan bacaan yang sangat berat. tapi menurutku Dinda adalah teman yang baik sangat baik meskipun banyak orang termasuk teman temanku yang membencinya dan menyebutnya aneh.
aku ingat saat di kelas widie, juwita, dan Metta pernah mencemoohkannya,Dinda tampak diam saja sambil memperhatikan buku bacaannya tapi yang aku lihat dia sedang menahan air mata yang hampir menetes di pipinya. aku sangat sedih saat itu namun aku tak bisa berbuat apa apa.
"yaudah kita pulang yuk Fie" ajak Kiki kepadaku.
sepertinya dia tau aku sedang sedih memikirkan Dinda.
"tante kami berdua pamit dulu ya" Pamit Kiki "tante tenang aja suatu saat masalah ini pasti terungkap"
"iya terima kasih ya Kiki Shofie" ucap beliau sambil tersenyum "Dinda pasti senang memiliki teman-teman yang baik seperti kalian berdua" ujarnya kembali dengan wajah sendu.
Aku dan Kikipun pamit pulang.
sepanjang perjalanan aku hanya diam dan Kikipun tak banyak berkomentar sepertinya ia sudah tau apa yang sedang aku rasakan.
***

"akhirnya selesai juga ya" ujar Lee sembari merenggangkan otot tubuhnya.
"udah deh.. bye bye mr. kodok" ujar Agoy sambil melambai ke arah kodok yang terbaring mengenaskan di meja praktek.
"tolong kuburkan aku.. kalian tidak bertanggung jawab!" ujar Alwin memainkan kodok mati sambil menirukan suaranya.
"iih.. apaan sih loe win! serem tau ga" ujar Iras memukul pundak Alwin.
"hohoho.. Iraaasss.. kamu akan ku balas!!" Alwin kembali meledek Iras yang takut melihat kodok mati di tangannya.
"alwiiiinnnn" teriak Iras.
Bobby, Agoy dan Lee hanya tertawa melihatnya.
"udah yuk ahh kita balik.. ruangan ini kan mau di bersihin" ujar Bobby sembari melihat Juwita dan Metta yang memasuki ruangan lab dengan membawa sapu, kain pel dan alat-alat kebersihan lainnya.
"wah.. yang ngebersihin ruangan ini kalian berdua?" tanya Agoy.
"iya nih kak.. tapi kita punya asisten sukarela kok" ujar Juwita.
"siapa?" tanya Agoy, Bobby, Lee, Iras dan Alwin bersamaan.
"tuh.. "tunjuk Metta dan Juwita bersamaan.
Hendra dan Nicky mulai memasuki ruangan lab dengan wajah tak bersemangat.
"kita berdua nunggu di luar aja deh" ujar hendra dengan nada malas.
"enak aja.. kalian harus bantuin kita katanya pacar masa ga mau bantuin sih" ujar Juwita sambil mengomel.
"hahahaha.. kita pergi dulu deh kalo gitu. selamat bersenang senang" ujar Lee sembari meninggalkan ruangan lab bersama teman temannya yang lain.
dengan terpaksa hendra dan nicky menuruti perintah pacar mereka.


Bersambung...

Misteri Kematian Teman Sekelasku 4

Misteri kematian teman sekelasku pt 4

oleh Mela Varani pada 26 Januari 2012 pukul 13:13 ·
"kamu knp Fie?" tanya Kiki sambil memegang tanganku yang melingkar di tubuhnya.
"aku mau pulang" jawabku.
"kamu udah ngantuk ya? yaudah tahan ya" tanyanya sambil memegang tanganku lebih erat.
Aku hanya mengangguk. tak berapa lama kamipun melanjutkan perjalanan kembali setelah lampu lalu lintas menunjukan warna hijau begitu juga dengan kendaraan lain termasuk busway itu.

"yaudah kamu istirahat sana, aku pulang dulu ya Fie" ujarnya sambil mengacak rambutku.
"iya kamu hati hati ya Ki" ujarku.
"sampai ketemu besok ya di sekolah" ujarnya lagi sambil menjalankan motornya.
Aku langsung masuk kedalam. di dalam entah kenapa sangat sepi dan sunyi. aku mencoba memanggil nama kak Lee tetapi tidak ada sahutan.
"mungkin kakak belum sampai" gumamku pelan.
ketika aku memasuki ruang tengah tiba tiba pintu kamar mandi terbuka.
CREEAAAKKK...
Aku kaget sekali, perlahan lahan ku dekati pintu kamar mandi itu. tak berapa lama keluar sosok yang sangat familiar bagiku. dan sosok itu adalah kak Lee.
"kakak.. ngagetin aku aja" ujarku sambil menghela napas lega.
kak Lee hanya tersenyum tipis dan langsung berlalu ke dalam kamarnya. aku memperhatikan kak Lee sampai sosoknya tak terlihat lagi di dalam kamar. hei, sepertinya ada yang aneh dengan dia. kenapa aku merasa ada yang janggal. ah.. munkin cuma perasaanku saja ucapku dalam hati.
TINN.. TINN..
terdengar suara klakson mobil dari luar rumah. aku langsung bergegas keluar dan melihat siapa yang datang. tetapi sesampainya aku di luar aku langsung tercengang seolah olah tidak percaya dengan apa yang ku lihat.
"kakak?" ujarku tak percaya sambil mengucek mataku.
ku harap aku salah lihat tetapi sepertinya ini nyata.
"kamu kenapa dek? kok tegang gitu wajahnya?" tanya kak Lee memicingkan matanya.
"bukannya kakak udah sampe dari tadi ya?" tanyaku tak percaya.
"ih.. kamu ngigo ya? kan tadi kakak abis nganterin kak Novi pulang trus kakak ngobrol dulu sama bokapnya kak Novi. kan tadi kakak sms kamu abis kakak telpon ga diangkat-angkat"
Aku langsung meraih ponselku yang berada di saku jaketku. ternyata benar yang kak Lee katakan. di ponsel ku ada beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa sms masuk yang bertuliskan nama kak Lee. aku semakin tak mengerti.. kalau yang disini kak Lee berarti yang di dalam siapa?
ada satu hal yang baru ku sadari. sejak aku sampai di rumah aku tak melihat mobil kak Lee dan perasaan janggal yang ku rasakan mungkin ini. kenapa aku tak menyadarinya? mungkinkah karna terfokus memikirkan beberapa kejadian yang kualami saat perjalanan ke rumah membuatku jadi tak konsen sampai sampai aku tak menyadari bahwa kak Lee belum sampai di rumah saat aku pulang.
"halooo.." ujar kak Lee membuyarkan lamunanku.
"kakak tau kakak ganteng jadi ga usah di liatin begitu ahh" ujarnya lagi.
"ih apaan sih ge'er"
"ya lagian kamu ngapain ngeliatin kakak kaya gitu. horor tau diliatnya"
"ih kakak nyebelin" ujarku sambil memukul lengan kak Lee.
kak Lee hanya mencubit pipiku.
"yuk ah masuk udah malem nih" ujarnya sambil merangkulku masuk ke dalam.
sesampainya di dalam aku hanya merapat ke tubuh kak Lee sambil memperhatikan ke sekitar pelosok ruangan yang ada di rumahku.
"kamu masuk ke kamar duluan aja dek, kakak mau ke kamar mandi dulu" ujarnya sambil berjalan kearah kamar mandi yang terletak di pojok ruang tengah. tak berapa lama kak Lee keluar dari dalam kamar mandi.
"cepet amat kak?" tanyaku.
"kamu lagi haid ya dek?" tanya kak Lee kepadaku.
"hah? haid? enggak kok" ujarku sambil menggelengkan kepala.
"emang kenapa kak?" tanyaku kebingungan.
"itu di dalem kamar mandi ada banyak darah yang berceceran di lantai kakak pikir kamu lagi haid trus lupa di siram pas kamu selesai pipis" ujarnya.
"apa jangan-jangan kamu terluka?" tanyanya lagi sambil memeriksa tubuhku.
"aku ga kenapa-napa kok kak, kakak salah liat kali. aku kan belum ke kamar mandi itu sejak aku sampai di rumah tadi" ujarku menjelaskan.
"terus itu darah siapa?" tanya kak Lee menunjuk arah kamar mandi.
aku langsung melangkah ke dalam kamar mandi untuk melihat darah yang di katakan kak Lee. aku mencium aroma yang tidak sedap ketika aku memasuki kamar mandi, aroma berbau anyir yang sangat menusuk hidung. aku langsung menutup hidungku. ternyata benar yang di katakan kak Lee di dalam kamar mandi aku melihat banyak darah yang tercecer di lantai. aku langsung keluar menghampiri kak Lee aku tidak sanggup berada lama lama di dalam sana.
"emm.. kakak bener tapi sumpah deh itu bukan darah aku" ujarku sambil melepaskan tanganku dari wajahku.
"terus itu darah siapa?" tanya kak Lee sambil menggaruk kepalanya.
aku kembali teringat dengan sosok yang mirip kak Lee barusan.
BRAAAKK...
tiba tiba pintu kamar mandi tertutup dengan keras. aku dan kak Lee langsung kaget. jantungku terasa berdegup tak karuan aku sangat takut. kak Lee yang merasa penasaran langsung berjalan mendekati kamar mandi aku hanya mengikutinya dari belakang. ketika kak Lee membuka pintunya tidak ada siapa siapa di dalam dan anehnya darah yang tercecer di lantaipun menghilang. sontak saja aku dan kak Lee langsung merinding. karna kak Lee tidak ingin melihatku makin ketakutan ia langsung mengantarku ke kamar dan menemaniku sampai aku terlelap.
***

Pagi ini seperti biasanya aku berangkat ke sekolah bersama kakak kesayanganku kak Lee. yaiyalah kesayangan kan kakak ku cuma dia.
Ketika aku memasuki kelas teman-temanku sudah berada disana mereka tersenyum sambil melambai ke arahku.
"kenapa sih kok tumben rame bgt?" tanya ku yang baru sampai di kelas sambil memperhatikan teman-teman sekelasku yang lain.
"biasalah.. lagi ngomongin soal keanehan yang ada di sekolah" ujar Metta sambil membaca majalahnya bersama Juwita.
"keanehan apa lagi?" tanyaku penasaran.
"katanya di ruang biologi suka ada suara suara aneh gitu Fie, kaya suara teriakan orang padahal mah ga ada siapa siapa" jelas Fero.
"iya, mana besok gue sama Metta kebagian tugas ngebersihin lab biologi lagi. ah sial.." gerutu Juwita.
"untung gue enggak" sahut Widie.
"yaelah siang siang mah ga usah takut kali" ujar Fero.
"kata siapa siang? kan sehabis pulang sekolah lab mau di pake sama anak kelas 3 buat praktek" ujar Juwita.
"berarti agak sore donk Wi?" tanyaku.
"iyalah.." sahut Juwita dan Metta bersamaan.
KRIIINGGG...
bel berbunyi kami semua menduduki kursi masing-masing.
"pagi anak anak" sapa Pak Derry wali kelasku dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
"pagi Pak.." ujar anak anak bersamaan.
***

"yuk Fie kita pulang" ajak Kiki kepadaku.
"tunggu sebentar ya Ki, aku mau nyamperin kak Lee dulu" ujarku sambil berlari ke arah kak Lee.
"kamu pulang sama Kiki dek?" tanya kak Lee.
"iya, kakak pulang sama kak Novi ya?" jawabku sambil bertanya kembali.
"hehe iya" jawabnya sambil tersenyum senang.
"sukses ya kak.. aku doain kakak balikan lagi sama kak Novi" ujarku di sertai dengan acungan jempol kak Lee.
"Ki gue titip Shofie ya" teriak kak Lee kepada Kiki.
Kiki hanya menganggukan kepala sambil mengacungkan jempolnya.
"yaudah aku pulang ya kak.."
aku langsung berlari menghampiri Kiki. dan untuk yang kesekian kalinya aku melihat orang misterius itu lagi. orang itu bersembunyi di balik pohon sambil mengintai ke dalam sekolah.
***

Sore ini di lab tampak Rahmadhani sedang menunggu Pak Derry di dalam lab. dia menunggu dengan manisnya, sesekali ia melirik ke arah jam tangannya.
"udah mau magrib nih.. kok Pak Derry belum dateng juga ya" ujarnya sambil melongok ke arah pintu.
BRAAKKK...
terdengar suara yang cukup keras dari arah belakangnya. Rahma yang kaget langsung menengok ke belakang. suara keras itu lagi lagi terdengar di sertai dengan bergeraknya meja dan kursi di sekitarnya. kursi dan meja itu bergeser seperti ada seseorang yang menyenggolnya dan di saat yang bersamaan ada sebuah benda yang terjatuh di lantai.
TING..TINGG..
Rahma langsung memungut benda itu. dan ternyata benda itu adalah sebuah jepit rambut yang pernah dipakai oleh Dinda. sontak saja Rahma langsung melempar jepitan itu dan berlari keluar sekolah.
BRUUKK..
"aww.. kamu kalau jalan liat liat dong sayang" ujar Iras bangkit dari jatuhnya dan segera membantu kekasihnya berdiri.
"ka..kamu ngapain disini?" tanya Rahma terbata.
"aku khawatir aja sama kamu, tadi nyokap kamu telpon aku katanya kamu belum pulang. yaudah aku langsung kesini nyariin kamu" ujarnya.
Rahma langsung memeluk Iras.
"aku takut yank"
"takut kenapa?" tanya Iras sambil menyentuk pipi Rahma.
"pokoknya aku mau pulang,aku takut" ujarnya pucat.
"iya iya yaudah yuk kita pulang" ajaknya sambil merangkul tubuh Rahma.
***

Malam ini aku tidur lebih awal karena mendadak kepalaku sakit dan tubuhku terasa sangat tidak enak. setelah meminum obat yang di berikan kak Lee aku langsung terlelap.
tiba tiba tubuhku terasa berat dan napasku terasa sesak.
"hiks..hiks.."
terdengar suara tangisan seseorang. aku langsung membuka mataku yang masih terasa berat. ketika aku membuka mata betapa kagetnya aku. aku melihat Dinda teman sekelasku sedang menindih tubuhku. ia menatap mataku dengan tajam dan aku juga menatap mata. aku melihat linangan air mata di pipinya.
"Shofiee.. Hiks..hiks.." ujarnya sambil menangis.
"Di..Dinda.." ujarku ketakutan.
"toloong.." ujarnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
aku sangat ketakutan. aku ingin berteriak tetapi kata kataku tertahan.
"toloong aku.." ujarnya lagi.
"to..tolong apa?" ucapku terbata-bata menahan takut.
"tanganku.."
"ta..tangan?"
"tanganku TAK ADAA !!" ujarnya sambil berteriak dan memperlihatkan tangannya yang terpotong.
aku sangat ketakutan. terlihat darah yang mengocor dengan derasnya dari lengan Dinda.
"to.. toloong.. kak Lee tolong.." ujarku bersusah payah mengeluarkan suaraku.
Dinda mulai berteriak dan disaat yang bersamaan aku juga berteriak sekeras-kerasnya.
"AAaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
"dek kamu kenapa dek?"
terdengar suara kak Lee di telingaku. aku langsung terbangun dari mimpi burukku dan langsung memeluk tubuh kakakku.
"Shofie takut kak.."
"ssstt.. tenang dek ada kakak. apa yang terjadi?" tanyanya sambil mendongakan wajahku dan menghapus air mataku yang mengalir di pipiku.
"aku takut.. aku takut.." ujarku berkali kali.
aku tak bisa memberitahu kak Lee tentang mimpiku. kejadian itu terlalu menakutkan untukku.
"udah udah.. kamu tenang" ujarnya menenangkanku.
kak Lee ngusap kepalaku dan menghapus keringat yang membanjiri tubuhku.
"aku tidur di kamar kakak ya.. aku ga mau tidur disini"
"iya iya yaudah kamu tidur di kamar kakak. besok kamu ga usah sekolah dulu ya badan kamu demam kayanya" ujarnya sambil menempelkan tangannya di dahiku.
kak Lee lalu membantuku berjalan dengan tubuh yang masih sempoyongan aku tak kuat untuk berjalan. lalu kak Lee menggendongku dan membawaku ke kamarnya.


Bersambung..